Thursday, May 29, 2014

TNI-AL Ajak PT Kembangkan Industri Pertahanan Dalam Negeri



REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) kembali memperpanjang kerja samanya dengan Perguruan Tinggi (PT) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan mota kesepahaman (MoU) antara Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio dengan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Tri Yogi Yuwono DEA di Gedung Rektorat ITS, Senin (12/5).

Laksamana TNI Marsetio mengatakan, sebenarnya TNI-AL telah menggandeng 25 PT di Indonesia. Namun TNI-AL sudah cukup lama menjalin kerja sama dengan ITS.

“ITS salah satunya dan kami menjalin kerja sama sejak tahun 1950-an,” ujar Marsetio dalam sambutannya, Senin.

Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini TNI-AL sedang membangun industri pertahanan dalam negeri. Itu sesuai dengan  undang-undang (UU)nomor 16 tahun 2012 tentang meningkatkan pertahanan dalam negeri. Namun sayangnya, kata Marsetio, dalam upaya mengembangkan industri pertahanan dalam negeri itu ternyata masih belum banyak melibatkan PT. Industri pertahanan dalam negeri masih lebih banyak melibatkan dunia industri semata. 

“Untuk itu ke depannya pengadaan kapal harus melibatkan perguruan tinggi dan kebetulan pertengahan September nanti kita kedatangan tiga buah kapal baru berjenis fregat dari Inggris,” ujar Marsetio.

Tak hanya itu, nantinya ITS akan memberikan pelatihan berupa mengajar armada TNI AL.

Dalam sambutannya, Tri Yogi menyambut baik perpanjangan kerja sama antara ITS dengan TNI AL. Menurutnya, TNI AL memiliki arti dalam perkembangan kampus ITS.

Dahulu banyak pengajar dari AL dan namanya juga Institut AL, di mana pengajar-pengajar tersebut merupakan cikal bakal berdirinya ITS. Adapun lama kerja sama kali ini berlangsung selama lima tahun. Pada kesempatan itu ia juga menjelaskan bahwa ITS saat ini memiliki kapal selam yang merupakan riset ITS. 

“Kita juga sedang menggarap kapal selam dan masih belum jadi, baru sekitar 70 persen rampung yakni Kapal Perang Crocodile-Hydrofoil (KPC-H),” katanya.

Pembangunan kapal itu memakan biaya Rp 3 miliar. Awalnya, kata Tri Yogi, kapal tersebut didanai Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Namun Kemenristek baru memberikan pendanaan kapal sebesar Rp 2,1 miliar dan dihentikan. Pembangunan kapal Crocodile-Hydrofoil akhirnya mangkrak. 

Namun, saat ini ITS sedang mengupayakan agar bisa mendapatkan pendanaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). 

“Ya semoga bisa untuk membantu riset tersebut,” ucapnya. Mendengar sambutan Triyogi, Marsetio pun menanggapi bahwa beliau tertarik dengan tawaran ITS. "Mendengar ada kapal perang crocodile tersebut, saya tertarik untuk melihatnya terlebih dahulu," ujarnya.

Setelah penandatanganan naskah piagam MoU, juga dilakukan penandatanganan naskah kerja sama yang dilaksanakan oleh Kepala Dinas Pendidikan TNI AL Laksamana Pertama Sewoko Kartanegara dan Wakil Rektor ITS Bidang Kerja sama dan Penelitian Darminto yang disaksikan oleh Rektor ITS dan KSAL. 

Perpanjangan kerja sama dalam bidang pendidikan ini terjadi selama empat tahun. Bentuknya berupa bantuan staf pengajar untuk pendidik di TNI-AL dan timbal balik untuk ITS adalah pengembangan riset-riset di Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) dan kedisiplinan. “Beberapa jurusan sudah mendapatkan pendidikan kedisiplinan selama tiga-empat hari di markas Marinir di Pasuruan, Jawa Timur (Jatim) dan semoga yang lain bisa mengikuti,” katanya.

ITS dan TNI AL tidak hanya menjalin kerja sama dalam bidang pendidikan. Tetapi juga dalam bidang pengabdian masyarakat yang nantinya bisa dikembangkan bersama. Seperti halnya pengembangan pantai yang letaknya tidak jauh dengan ITS.

No comments:

Post a Comment